Rabu, 24 Februari 2016

Budaya Malu sebagai Cerminan Negara Islami

Budaya Malu sebagai Cerminan Negara Islami

Sebuah essay yang tadinya akan digunakan untuk tugas Hadits, sayang tidak jadi karena ternyata saya salah bab. Tapi dibuang sayang, jadi lebih baik dipost!

“Dari Ibnu umar r.a. berkata : Rasulullah saw melewati seseorang yang sedang menasihati saudaranya karena pemalu, maka Nabi saw bersabda, “Biarkanlah ia karena sesungguhnya sifat malu itu sebagian dari Iman.”(HR. Bukhari – Muslim)”

Apakah sesungguhnya rasa malu itu?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, malu adalah merasa sangat tidak enak hati (hina, rendah, dan sebagainya) karena berbuat sesuatu yang kurang baik (kurang benar, berbeda dengan kebiasaan, mempunyai cacat atau kekurangan, dan sebagainya.[1]

Tentunya, kita pernah merasakan apa yang disebut dengan malu. Kita pernah malu karena terlambat, kita pernah malu karena tidak punya pacar ( ups! ), atau pernah malu karena dapat nilai jelek. Lalu apa hubungan antara malu dan negara islami, seperti yang saya sebutkan di atas tadi?

Kita sekarang tinggal di Indonesia, negara kelas ketiga atau negara berkembang dengan kesejahteraan hidup dan taraf pendidikan yang kurang. Serta masalah yang merajalela, seperti korupsi, perzinahan, tindak kriminal, dan masalah yang ada. Tentunya kita semua ingin mengubah citra Indonesia, menjadi negara maju dengan standar hidup yang berkualitas tinggi. Namun, di saat yang bersamaan, banyak orang yang ingin mengubah Indonesia menjadi negara Islam. Seriously? Negara Islam? Padahal negara ini dari dulu tidak hanya dihuni oleh umat Islam saja.

Ketimbang mengubah Indonesia menjadi negara Islam, lebih baik mengubah Indonesia menjadi negara islami. Mengapa saya lebih tertarik mengubah Indonesia menjadi negara islami? Karena, percuma saja jika negara kita berubah menjadi negara Islam tapi penduduknya jauh dari kehidupan Islam yang sesungguhnya. Percuma, negara Islam, tapi pemerintahnya masih suka korupsi, masih banyak perzinahan, masih banyak kejahatan berkeliaran, dan masih banyak rakyatnya yang hidup di bawah garis kemiskinan. Ada negara seperti itu? Ada!

Lalu bagaimana cara kita membuat Indonesia menjadi negara islami?

Pertama, hal yang harus ditanamkan kepada masyarakat Indonesia adalah rasa malu! Seperti hadits yang sudah saya sebutkan tadi. Rasa malu adalah hal yang harus ditanamkan! Tapi rasa malu yang bagaimana dulu nih?

Rasa malu yang harus ditanamkan adalah rasa malu dalam berbuat kejahatan. Kita tidak korupsi, karena malu dilihat oleh Allah dan Malaikat-Nya. Apalagi kalau perbuatan korupsi kita ketahuan, bisa habis wajah kita terpampang di televisi sebagai tahanan KPK. Hayo, siapa yang mau?

Lalu, kita malu dengan perbuatan meminta-minta. Apalagi kalau fisik kita masih kuat untuk bekerja. Meminta-minta adalah pekerjaan yang kurang baik. Apalagi jika fisik kita masih kuat, tapi kita tidak mau bekerja dan malah berprofesi sebagai pengemis.

Lalu kita malu untuk mengambil barang orang lain tanpa izin. Karena ingat, Malaikat selalu ada untuk mencatat setiap amal kita, baik ataupun buruk. Terbayang jika amal buruk yang memenuhi catatan kita, apa yang akan terjadi nanti di akhirat? Pikirkan sendiri.

Namun, hilangkanlah rasa malu itu dalam berbuat kebaikan. Sering sekali kejadian, orang malu untuk sekedar salat berjamaah di masjid, tapi tidak malu berdua-duaan dengan lawan jenis yang bisa jadi berujung pada perzinahan. Kita malu tampil ke depan untuk memberikan ilmu, tapi tidak malu dalam memakan bangkai saudara kita ( baca : berghibah ). Duh, kalau rasa malu untuk berbuat baik, lebih bagus dibuang saja jauh-jauh! Jangan malu dalam berbuat kebaikan, walau hanya sekedar memungut sampah di pinggir jalan lalu membuangnya ke tong sampah.

Memang, apa bedanya dengan rakyat yang punya rasa malu dengan yang tidak punya rasa malu?
Coba lihat negara Jepang. Jepang adalah negara dengan budaya malu yang sangat tinggi. Mereka akan malu jika melanggar budaya moral yang ada. Seperti membuang sampah sembarangan, santai saat jam kerja, mengambil barang orang, dan korupsi. Ada Menteri di Jepang yang mengundurkan diri karena malu ketahuan korupsi.

Lalu, kasus terbaru, Perdana Menteri Jepang Naoto Kan pada tahun 2011, mengundurkan diri karena malu tidak bisa mengatasi bencana gempa bumi yang menghancurkan reaktor nuklir Fukushima. Belum lagi kasus bunuh diri di Jepang yang ternyata, 70 persen diakibatkan oleh rasa malu![2] Padahal Jepang adalah negara yang tidak mengenal agama. Bandingkan dengan Indonesia yang beragama tapi hidup dengan budaya ‘gak tahu malu’.

Ah, tapi itu kan Jepang, bedakan dong dengan Indonesia! Kalau tidak suka, pindah saja sana!

Eits, kenapa jadi marah? Justru bagus dong, jika sebagian saja rakyat Indonesia memiliki sifat malu dalam melanggar norma yang ada. Setidaknya, penduduk Indonesia kira-kira berjumlah 250 juta jiwa.[3] Bayangkan jika seperlima saja memiliki budaya malu. Bayangkan, sekitar 50 juta penduduk malu membuang sampah sembarangan, malu berbuat korupsi, dan malu mencuri harta orang lain. Lalu sifat itu menular kepada masyarakat lainnya. Maka pelan-pelan, terwujudlah Indonesia dengan rakyatnya yang islami, dan berbuat baik kepada sesama. Jika Jepang saja yang tidak beragama bisa, mengapa Indonesia yang beragama tidak bisa? Masyarakat Jepang malu kepada bangsa dan negaranya, Indonesia seharusnya malu kepada bangsanya, negaranya, Allah, Malaikat, dan Rasul-Nya!

Maka dari itu, jadilah umat muslim yang malu berbuat salah, bukannya malu berbuat benar. Dan jangan juga jadi malu-maluin atau tidak tahu malu.

Tambahan : Saya tidak bermaksud menjelek-jelekkan negara sendiri. Ini adalah kenyataan yang kita hadapi, dan harus diperhatikan supaya kita bisa berubah ke arah yang lebih baik.

( ditulis Selasa, 23 Februari 2016 jam 19.33 WIB )



[1] http://kbbi.web.id/malu
[2] http://sayasukajepang.blogspot.co.id/2015/05/budaya-malu-di-jepang.html
[3] http://www.indonesia-investments.com/id/budaya/demografi/item67

Tidak ada komentar:

Posting Komentar